Welcome To My World

Life is about limited chance....that will never come twice

Jumat, 31 Desember 2010

POSTULAT, AKSIOMA Atau ASUMSI AWAL


Bahwa membuktikan secara final sebuah postulat adalah kemustahilan karena hanya akan melahirkan argumen yang sirkuler atau melingkar. Titik henti dari postulat adalah sebuah keyakinan atau kepercayaan. Akan tetapi selama ini ada yang hilang dari pengamatan atau pemahaman saya mengenai postulat ini. Postulat, seberapapun itu tidak bisa dibuktikan secara final, ternyata tidak bisa sembarangan kita buat atau kita terbitkan. Ternyata menerbitkan atau membuat sebuah postulat atau aksioma (dalam matematika dan fisika misalnya) membutuhkan apa yang dinamakan PROSES.
Proses disini adalah sebuah penyelidikan atau pembuktian secara falsifikasi (atau mungkin juga verifikasi, tetapi saya lebih cenderung ke arah falsifikasi) pada proses-proses (pada hukum-hukum fisika, aturan-aturan matematis atau rumus-rumus matematis dan lain sebagainya), bahwa postulat itu “bekerja dengan baik” pada hukum hukum atau aturan-aturan dimana postulat atau aksioma itu digunakan.

Semisal postulat einstein mengenai relativitas yang menyatakan kecepatan cahaya di ruang hampa adalah sekian meter per detik dan sama untuk semua pengamat, serta hukum fisika berlaku sama untuk semua pengamat. Postulat ini diciptakan menjadi pondasi pokok dari proses-proses relativitas yang sampai sekarang belum tergoyahkan. Postulat ini menjadi dipercaya memiliki kebenaran karena adanya kredibilitas dalam bentuk pembuktian secara falsifikasional dalam dunia fisika.
Anda bisa saja mengambil postulat yang berlawanan dengan postulat eisntein, walaupun secara logika, postulat anda sama-sama terbit dari kehampaan dan tidak bisa dijustifikasi secara menyeluruh, tetapi jika postulat anda tidak “bekerja” di dunia empiris sebagaimana postulat eisntein maka postulat anda adalah tidak berguna. Demikian halnya penerbitan aksioma dalam dunia matematika juga memiliki proses legitimasi yang sama dengan postulat di dunia fisika ini.

Asumsi yang Berwajah Ganda atau Jamak
Mungkin dalam dunia empiris seperti fisika dan matematika kita bisa menjustifikasi postulat atau aksioma dalam proses atau hukum atau aturan dimana postulat atau aksioma itu diberlakukan. Akan tetapi apa bila kita mengambil suatu asumsi yang ternyata asumsi itu memiliki wajah ganda atau jamak ketika diterapkan dalam aturan dimana asumsi itu diberlakukan, kita tidak dapat mengambil suatu kredibilitas tunggal atas asumsi-asumsi yang kita terbitkan.
Maksudnya disini adalah, kadang kala terdapat dua atau lebih asumsi yang dapat kita terapkan dalam sebuah proses, dan masing-masing asumsi tersebut ternyata dapat bekerja dalam proses ini walaupun pada dasarnya asumsi-asumsi itu memiliki perbedaan yang mencolok bahkan berlainan atau bertolak belakang. Nah dalam kerangka ini, kredibilitas proses menjadi sulit dilakukan. Disini hanya bisa dilakukan sebuah upaya pengambilan kepercayaan sementara, atau mungkin pula sebuah bentuk agnostisme asumsi. Karena kita tidak pernah bisa mencari kredibilitas asumsi jamak atau ganda dalam proses, sedang satu-satunya cara mencari justifikasi sebuah asumsi ada dalam proses, maka asumsi-asumsi itu memiliki derajat keraguan atau keyakinan yang sama (atau masih samar).
Jenis-jenis asumsi jamak atau ganda ini sebenarnya sangat banyak dalam kepercayaan kita. Saya tidak akan menjelaskan atau memberikan contoh kepada anda. Silahkan renungkan asumsi-asumsi anda atau postulat-postulat anda. Apakah sebenarnya asumsi anda masuk dalam kategori asumsi yang memiliki kredibilitas proses tunggal seperti postulatnya einstein atau aksioma matematika? Ataukah asumsi-asumsi anda memiliki katergori kredibilitas proses ganda atau jamak yang berarti belum final atau masih dalam tahap keraguan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar